Rabu, 20 Juli 2011

BROKEN HOME

BROKEN HOME

Istilah “broken home” biasanya digunakan untuk menggambarkan keluarga yang berantakan akibat orang tua tak lagi peduli dengan situasi dan keadaan keluarga di rumah, tak lagi perhatian terhadap anak-anaknya, baik masalah di rumah, sekolah, sampai pada perkembangan pergaulan  di masyarakat.
Namun, broken home bisa juga diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada perceraian. Kondisi ini menimbulkan dampak yang sangat besar terutama bagi anak-anak. Bisa saja anak jadi murung, sedih yang berkepanjangan, dan malu. Selain itu, anak juga kehilangan pegangan serta panutan dalam masa transisi menuju kedewasaan.
Karena orangtua merupakan contoh (role model), panutan, dan teladan bagi perkembangan kita di masa remaja, terutama pada perkembangan psikis dan emosi, kita perlu pengarahan, kontrol, serta perhatian yang cukup dari mereka. Orangtua merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pembentukan karakter kita selain faktor lingkungan, sosial, dan pergaulan.
Nah, buat kita-kita yang mengalami broken home, gimana sih cara mengatasinya supaya kita tetap merasa “baik-baik” saja dan tidak menjadi malu serta tidak percaya diri atau lari dari masalah dengan cara-cara yang salah?
Sebenarnya ada banyak cara yang bisa kita lakukan apabila kita terjebak dalam situasi yang tidak mengenakkan ini. Mungkin awalnya sulit karena kita mesti menghadapi situasi yang belum pernah kita hadapi sebelumnya. Namun, bukankah setiap permasalahan itu ada jalan keluarnya? Nah, berikut ini ada beberapa cara ampuh untuk mengatasi situasi seperti itu.
1. Hadapi semuanya dengan sikap positif .
Tidak semua yang terjadi merupakan hal buruk meskipun itu sesuatu yang berdampak negatif  kepada kita. Kita harus mencoba menerima keadaan dan berusaha tegar. Hal ini akan membantu kita mengatasi masalah tersebut.
2. Berpikir Positif.
Melihat sisi positif dari setiap peristiwa yang kita alami, karena di balik semua masalah pasti ada hikmah yang dapat kita petik. Jadikan itu semua sebagai proses pembelajaran bagi kita menuju tahap kedewasaan. Jauhkan segala pikiran buruk yang bisa menjerumuskan kita ke jurang kehancuran, seperti memakai narkoba, minum-minuman keras, malah sampai mencoba untuk bunuh diri.
3. Jangan terjebak dengan situasi dan kondisi.
Yang jelas, kita tak boleh terjebak dengan situasi dan menghakimi orangtua atau diri sendiri atas apa yang terjadi serta marah dengan keadaan. Alangkah baiknya apabila kita bisa memulai untuk menerima itu semua dan mencoba menjadi lebih baik. Keterpurukan bukanlah jalan keluar. Sebaiknya kita bisa tegar dan mencoba bangkit untuk menghadapi cobaan ini. Tetap berusaha,.. itulah kuncinya.
4. Mencoba hal-hal baru.
Tidak ada salahnya kita mencoba sesuatu yang baru, asal bersifat positif dan dapat membentuk karakter positif di dalam diri kita. Contohnya, mencoba hobi baru, seperti olahraga ekstrem (hiking, rafting, skating atau olahraga alam) yang dapat membuat kita bisa lebih fresh (segar) dan melupakan hal-hal yang buruk.
5. Cari tempat untuk berbagi.
Sadarilah bahwa kita tidak  sendirian , karena manusia adalah makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan orang lain. Mencari tempat yang tepat untuk berbagi adalah solusi yang cukup baik buat kita, contohnya teman, sahabat, pacar, atau mungkin juga saudara.
Paling tidak,…usahakan tempat kita berbagi itu adalah orang yang dapat dipercaya dan kita bisa enjoy berkeluh kesah dengannya. Beberapa hal di atas dapat dijadikan acuan buat kita karena sebenarnya semua permasalahan itu ada solusinya. Intinya, tidak perlu panik atau resah, apalagi sampai depresi,  karena kita sebagai anak memang tidak bisa mengelak apabila itu terjadi pada keluarga kita, walaupun kita tidak menginginkannya.
Walaupun berat, kita juga mesti bisa menerimanya dengan bijak. Karena siapa sih yang mau hidup di tengah keluarga yang broken home? Pasti semua anak tidak akan pernah mau mengalaminya.
Broken home bukanlah akhir dari segalanya bagi kehidupan kita. Jalan kita masih panjang untuk menjalani hidup kita sendiri. Pergunakanlah situasi ini sebagai sarana dan media pembelajaran guna menuju kedewasaan. Ingat, kita tidak sendiri dan bukanlah orang yang gagal. Kita masih bisa berbuat banyak serta melakukan hal positif. Menjadi manusia yang lebih baik belum tentu kita dapatkan apabila ini semua tidak terjadi. Mungkin saja ini merupakan sebuah jalan baru menuju pematangan sikap dan pola berpikir kita. Terima kasih semoga info ini bermanfaat bagi kalian semua yang terjebak di keluarga broken home.
Tetaplah menjalani hidupmu dengan penuh optimis karena kamu tidak sendirian, masih ada Allah yang mengasihi kamu dan teman serta sahabat yang selalu ada buat kamu berkeluh kesah. Jalanilah hidupmu dengan rasa optimis.

0 komentar:

Posting Komentar

ada pesan? silahkan dsini
comment? please here